Tidak ada yang lebih
menyakitkan dibanding menyimpan perasaan mendalam pada seseorang. Pengakuan itu
belum sempat terucap, tetapi dia yang aku cintai sudah pergi selamanya. Dia
pergi tanpa tahu bahwa aku mencintainya.
Ada satu hal yang
selalu aku simpan dalam hatiku, aku jatuh cinta padanya. Sejak masih duduk di
bangku SMA, aku selalu curi-curi pandang ketika jam istirahat. Kadang aku
sengaja pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bermain basket saat kelasnya ada
pelajaran olahraga. Walaupun hanya menatapnya selama 5 menit, rasanya
kebahagiaanku penuh sepanjang hari.
Remaja selalu
malu-malu mengungkapkan isi hatinya, apalagi aku yang memang punya sifat
pemalu. Hampir tidak ada sinyal cinta yang aku kirim padanya. Aku tidak
seberani teman-temanku yang bisa titip salam atau terang-terangan mengatakan
suka pada cowok yang mereka suka. Jadilah aku memendam perasaanku. Mungkin ini
masih cinta monyet, yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan suatu saat
kelak, aku akan benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius dengan
pria lain.
Nyatanya perkiraanku
salah. Walaupun saat kuliah S1 aku sempat berpacaran dengan pria lain (namanya
Yanuar), aku tetap meletakkan kenangan akan Panji dalam hatiku. Singkat cerita,
saat aku mengambil S2, aku bertemu lagi dengan Panji. Takdir tersebut membawaku
pada rahasia yang terpendam. Hatiku kembali berdetak, kembali merasakan
indahnya jatuh cinta hanya dengan menatap kedua matanya. Perasaan yang tidak
pernah aku rasakan dengan Yanuar.
Beberapa kali kami
berada di kelas yang sama. Dia masih Panji yang ramah dan suka bercanda. Hubungan
kami tetap dekat, tapi tetap saja, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan
rasa cintaku padanya. Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku, ada Yanuar yang
masih menjadi pacarku. Egois memang, aku bahkan sering merasa bersalah pada
Yanuar, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Jika saja Panji mengajakku untuk
jadi kekasihnya, atau bahkan istrinya, aku tidak akan menolak.
Sayangnya, takdir
yang mempertemukan kami harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan
di akhir bulan Desember, Panji mengalami kecelakaan. Dua hari dia dirawat di
UGD, tetapi nyawanya tidak tertolong. Dia pergi selama-lamanya.
Duniaku hancur,
setiap inci tubuhku
menjerit akan kepergiannya,
aku bahkan tidak bisa
lagi merasakan sakitnya hatiku,
seolah ada bagian
tubuhku yang hilang,
jika diibaratkan, aku
bagai guci yang pecah berkeping-keping.
Aku hadir dalam pemakamannya.
Aku hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam.
Aku hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam.
Di duka yang teramat
sangat, ibu Panji memintaku untuk menemaninya, setelah para tamu
pulang."Mbak, mbak ini temannya Panji yang namanya Putri kan?" ujar
wanita tua itu. Aku bisa melihat ada duka mendalam di balik senyumnya.
Aku mengangguk, lalu
wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya adalah kamar Panji.
Wanita itu
menceritakan sebuah rahasia yang tidak aku ketahui. "Anak ibu.. Panji, dia
pernah bilang bahwa dia suka dengan Putri, cinta," lanjutnya.
Detik demi detik
berlalu, aku mendengarkan pengakuan ibu Panji bahwa putranya ternyata memendam
rahasia. Ternyata selama ini Panji melakukan hal yang sama denganku, diam-diam
merahasiakan perasaannya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.
"Waktu itu Panji
pernah bilang, sekarang Putri sudah punya pacar, mungkin harus menunggu nak
Putri putus dulu, baru dia berani jujur," lanjut ibu Panji dengan air mata
yang jatuh dari pelupuk matanya.
Aku tidak bisa
menahan air mataku, aku menangis di dalam pelukan ibu Panji. Aku menangis
hingga dadaku terasa ingin meledak.
Aku menyesal,
sangat menyesal.
Aku tidak sempat mengatakan
bagaimana perasaanku padanya.
Hingga detik ini,
penyesalan itu masih ada.
Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam.
Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Panji masih hidup.
Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam.
Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Panji masih hidup.
Kau bisa mendengar
doa-doaku tiap malam, Panji?
Aku merindukanmu.
+++++++++++++++++++
(¸.•¨¯`* Jodoh, rezeki, maut, adalah
rahasia-Nya, namun apabila kita tidak mengupayakannya maka Jodoh dan rezeki itu
tidak akan pernah datang kepada kita. maka jemputlah jodohmu. Sebab jodohmu
adalah rezekimu, namun rezekimu bukan merupakan jodoh.
(¸.•¨¯`* Jika jodoh datang menghampirimu
dan merasakan dia selalu bersemayam di hati kita, maka dekatkanlah dan
eratkanlah jodohmu itu, panggil dan sapalah dia. Sebab Allah telah memilihkan
jodohmu untuk dia. Wanita yang baik pastilah mendapatkan pria yang baik!
(¸.•¨¯`* Jangan kedepankan rasa egomu sebab
Allah murka dengan egomu, sehingga setan dan iblis pun dengan senang hati
menyelimuti hatimu sehingga membuat egomu menjauhkan jodohmu sendiri.
(¸.•¨¯`* Tidak ada kamus dalam kehidupan jika
seorang wanita harus terlebih dahulu menghubungi si dia, maka harkat dan
martabatnya akan jatuh, begitu pula sebaliknya tidak ada nilai kelebihan jika
seorang pria menghubungi wanita terlebih dahulu. Namun semuanya tergantung pada
individu masing-masing...! Mau dilihat dari sudut pandang yang bagaimana
sehingga harkat dan martabat kita jatuh, malu, dan merendahkan diri dihadapan
orang lain...!!
(¸.•¨¯`*
Penyesalan selalu datang terlambat,
jika penyesalan datangnya di depan maka manusia tidak akan pernah tahu
bagaimana pengorbanan, bagaimana bentuk perjuangan, bagaimana bentuk derita,
dan bagaimana rasanya sakit hati, dan bagaimana bentuk ujian dan cobaan
ditimpakan kepadanya...
(¸.•¨¯`*
Hidup itu indah apabila kita saling
mencintai, namun keindahan tak akan sempurna jika keduanya atau salah satu di
antaranya hanya memendam perasaan saja.
(¸.•¨¯`* Kunci kebahagiaan yang khakiki adalah
munculnya naluri kejujuran setiap insan.
(¸.•¨¯`* Putus cinta emang udah biasa, namun
cinta terpendam tersiksa sampai mati...
(¸.•¨¯`* Kisah nyata di atas setidaknya
menginsipirasi kita, bagaimana usaha kita dalam menjemput jodoh.
giman dengan cerpen nya ???
BalasHapuskomen yaa